Pneumonia
“Paru-paru merupakan organ yang rentan dengan infeksi mengingat saluran nafas serta epitel paru terus-menerus terpajan udara yang mungkin saja tercemar.”
Meskipun begitu, terdapat bermacam mekanisme pertahanan baik imun maupun nonimun yang berada dari nasofaring hingga rongga udara di alveolus untuk menghadapi serangan infeksi.
Defek pada imunitas bawaan serta imunodefisiensi humoral biasanya menyebabkan peningkatan insiden infeksi oleh bakteri piogenik. Selain itu, defek imunitas seluler menyebabkan peningkatan infeksi oleh mikroba intrasel, seperti mikobakteri dan virus herpes serta mikroorganisme yang virulensinya rendah, seperti Pneumocytis carinii. Pajanan eksogen seperti merokok akan melemahkan kemampuan mukosilia melakukan pembersihan dan mengurangi aktivitas makrofag paru, sedangkan alkohol tidak hanya menghambat batuk dan refleks epiglotis sehingga risiko aspirasi meningkat, tetapi juga mengganggu mobilisasi dan kemotaksis netrofil. 1
Dahulu, pneumonia merupakan penyebab kematian nomor 1 di Amerika (tahun 1936 menurut American Lung Association). Penggunaan antibiotik membuat penyakit ini bisa dikontrol beberapa tahun kemudian. (3)Sekarang, infeksi pneumonia merupakan penyebab keenam kematian di Amerika. 1
Pneumonia dapat didefinisikan sebagai infeksi apapun di paru.2 Dapat berupa bakteri, virus, maupun jamur. 3 Pneumonia dapat bermanifestasi sebagai penyakit akut fulminan atau penyakit yang kronis. Sementara itu, spektrum histologik pneumonia dapat bervariasi:
- alveolus fibrinopurulen (akut)
- infiltrat mononukleus interstitium (pneumonia virus dan pneumonia atipikal)
- granuloma dan kavitasi (pneumonia kronis)1
Penderita pneumonia, seringkali mengeluhkan batuk, produksi mukus, demam, nafas pendek, dan nyeri dada. Dalam menghadapi invasi bakteri, terjadi reaksi inflamasi yang akan menyebabkan alveolus terisi cairan. Akibatnya, paru-paru menjadi kurang elastis dan tidak bisa mengambil oksigen ke dalam darah atau membuang karbondioksida dari darah. Hal tersebut menyebabkan nafas menjadi pendek. Batas napas cepat adalah frekuensi pernapasan sebanyak 50 kali permenit atau lebih pada anak usia 2 bulan sampai kurang dari 1 tahun dan 40 kali per menit atau lebih pada anak usia 1 tahun sampai kurang dari 5 tahun. 3 Inflamasi juga dapat menyebabkan gejala lain seperti demam dan nyeri dada. Pneumonia dapat menjadi berbahaya karena secara langsung dapat mengganggu kemampuan tubuh dalam melakukan pertukaran CO2 dan O2. 2
Pneumonia berat ditandai dengan adanya batuk atau kesukaran bernapas, napas sesak atau penarikan dinding dada sebelah bawah ke dalam (severe chest indrawing) pada anak usia 2 bulan sampai 5 tahun. Kesukaran bernapas disertai gejala sianosis sentral dan tidak bisa minum dapat menyertai pada anak kelompok usia ini. Jika di bawah 2 bulan, tanda utamanya adalah frekuensi pernapasan mencapai 60 kali permenit disertai penarikan kuat pada dinding dada sebelah bawah ke dalam. 3
Pneumonia berbeda dengan bronkitis akut, yang juga menyebabkan demam, batuk, nyeri dada, dan nafas pendek. Bronkitis disebabkan inflamasi pada bronkus yang akan berdampak pada alveolus, bukan pada alveolus itu sendiri. Karena kemiripannya itulah, sulit untuk bisa menentukan apakah bagian yang utamanya mengalami gangguan adalah bronkus atau alveolusnya. Oleh karena itu, perlu dilakukan x-ray. Jika kedua jalur napas tadi tekena, baik bronkus maupun alveolusnya, penyakit tersebut dapat didefinisikan sebagai bronkopneumonia. 2
Penularan
Seseorang dapat terkena penyakit pneumoni karena tertular oleh penderita yang batuk, belum mendapat imunisasi lengkap (jika terjadi pada anak balita), kekurangan gizi, dan tinggal di lingkungan yang tidak sehat.
Penggolongan pneumonia berdasarkan situasi timbulnya infeksi tersebut dapat mempersempit daftar patogen yang dicurigai untuk pemberian terapi antimikroba empirik. Terdapat tujuh situasi klinis yang berbeda dan patogennya cukup spesifik pada masing-masing kategori. 1
Komplikasi Pneumonia4
Bakteremia
Bakteremia adalah suatu kondisi di mana ada sejumlah besar bakteri hadir dalam aliran darah. Indikasi bakteri dalam darah terdeteksi oleh pemeriksaan darah rutin dan pemeriksaan fisik. Bakteremia biasanya dicurigai jika pasien menunjukkan tanda-tanda dan gejala seperti demam tinggi, batuk lendir hijau atau kuning, kelemahan ekstrim dan timbulnya syok septik. Bakteremia harus ditangani dengan cepat atau infeksi dapat menyebar dengan cepat ke seluruh tubuh dan menyebabkan organ utama mati.
Efusi pleura
Efusi pleura terjadi ketika penumpukan kelebihan cairan dan dahak pada lapisan dinding dada, alveoulus dan ruang-ruang di antaranya. Ini adalah komplikasi umum yang muncul dari pneumonia dan mungkin salah satu tanda-tanda pertama pada X-Ray dada. Jika cairan luas di paru-paru, thoracentesis mungkin harus dilakukan.
Endokarditis
Endokarditis adalah infeksi lapisan dalam jantung. Ini merupakan komplikasi dari pneumonia diobati jangka panjang atau pneumonia berulang. Karena gejala dapat mirip pneumonia itu sendiri, seperti sesak napas, batuk atau nyeri, sering kali tidak terdeteksi. Endokarditis yang tidak diobati dapat menyebabkan kerusakan ireversibel katup atau gagal jantung.
Kegagalan ventilasi
Kegagalan ventilasi adalah nama lain umum untuk hiperkapnia. Otot-otot di paru-paru, atau otot ventilator, bekerja keras untuk memungkinkan paru-paru naik dan turun dan bekerja pada menyelesaikan fungsi tubuh yang tepat. Dalam beberapa kasus pneumonia, pasien mungkin tidak dapat bernapas dengan adekuat. Sebuah ventilator harus ditempatkan pada pasien sehingga mereka dapat bernapas dengan benar dan mengisi aliran darah dan oksigen ke seluruh organ tubuh.
Kegagalan Pernafasan hipoksemia
Komplikasi lain dari pneumonia yang parah kegagalan pernapasan hipoksemia. Kondisi ini terjadi ketika ada peradangan parah di dinding paru-paru menyebabkan aliran udara menutup atau menyempitkan darah dan aliran udara. Pengobatan awal adalah untuk mengurangi peradangan. Hal ini dilakukan dengan antibiotik untuk menghilangkan infeksi dan thoracentesis untuk menghapus cairan untuk meringankan tekanan udara dan aliran kembali.
Pneumonia Akut Didapat di Masyarakat 1
Pneumonia akut ini (community acquired acute pneumonia) disebabkan oleh bakteri. Streptococcus pneumoniae (atau pneumokokus) merupakan penyebab tersering. Juga, seringkali terjadi setelah infeksi saluran napas oleh virus. Onset yang dapat terlihat dapat berupa demam tinggi, menggigil, nyeri dada pleuritik, dan batuk mukopurulen produktif; kadang dapat hemoptisis.
Risiko pneumonia dapat meningkat pada mereka yang:
- Mengidap penyakit kronis (gagal jantung kongestif, PPOK, diabetes)
- Penderita defek imunoglobulis kongenital maupun didapat
- Fungsi limpanya berkurang
Dalam melakukan diagnosis terhadap pneumonia,pemeriksaan sputum merupakan langkah yang penting. Adanya banyak netrofil yang mengandung diplokokus gram-positif berbentuk lembing khas merupakan bukti kuat pneumonia pneumokokus. Akan tetapi, ternyata S.pneumoniae adalah bagian dari flora endogen sehingga hasil positif palsu dapat terjadi dengan metode ini. Isolasi pneumokokus dari biakan darah bersifat lebih spesifik. Selama fase awal penyakit, biakan darah mungkin positif pada 20% hingga 30%.
Pada penderita pneumonia, jumlah leukosit dapat melebihi batas normal (10.000/mikroliter). Pengambilan sputum /dahak dilakukan baik untuk kultur maupun tes resistensi kuman. Sputum bisa diambil dengan cara dibatukan, didahului proses perangsangan dengan menghirup NaCl 3%, atau menggunakan protective brush untuk mengambil sputum pada saluran napas bawah. 3
Dari segi pengobatan, bila memungkinkan, kita dapa melakukan pemeriksaan kepekaan antibiotik. Meskipun pneumonia pneumokokus cepat berespon terhadap penisilin, semakin banyak strain yang resisten penisilin. Jika pasien dalam kategori beresiko terkena pneumonia, dapat diberikan vaksi pneumokokus komersial yang mengandung polisakardisa kapsul dari serotipe umum pneumokokus.
Organisme lain yang diperkirakan juga berperan dalam pneumonia akut, di antaranya adalah H. Influenzae, Moraxella catarrhalis, S.aureus, Klebsiella pneumoniae, P.aeruginosa, Legionella pneumophila.
Pneumonia Atipikal Didapat di Masyarakat 1
Konsep pneumonia atipikal ini diajukan pada tahun 1983 dengan laporan 8 kasus; pada kasustersebut, laringitis dan gejala mirip flu berkembang menjadi laringitis dab akhirnya trakeobronkitis dan pneumonia. Pada jenis ini, pembentukan sputum tidak banyak, tidak ada tanda konsolidasi, hitung sel darah putih meningkat sedang, serta bakteri dan virus influenza A tidak dapat diisolasi. Kasus ini, kemungkinan besar disebabkan oleh Mycoplasma pneumoniae yang merupakan penyebab tersering pneumonia atipikal, terutama saat epidemi influenza A tidak terjadi di masyarakat. Berikut adalah daftar organisme penyebab pneumonia ini:
- Mycoplasma pneumoniae
- Chlamydia spp. (C. pneumoniae, C.psitacci, C.trachomatis)
- Coxiella burnetti
- Virus: respiratory syncytial virus, virus parainfluenza (anak); Influenza A dan B (dewasa); adenovirus (pada rekruitmen militer)
Hampir semua organisme di atas dapat menyebabkan terjadinya infeksi saluran napas primer dengan koriza (peradangan disertai discharge difus dari mukosa hidung), faringitis, laringitis, dan trakeobronkitis. Mekanisema patogenik umum adalah melekatnya organisme pada epitel pernapasan diikuti nekrosis sel dan respon peradangan. Jika proses meluas ke alveolus, dapat terjadi peradangan interstitium, juga terjadi pemasukan cairan ke dalam rongga alveolus sehingga pada foto toraks dapat terlihat gambaran mirip pneumonia bakteri. Kerusakan dan pengelupasan epitel pernapasan menghambat bersihan mukosilia dan memudahkan infeksi bakteri sekunder.
Karena bergantung resistensi pejamu, pneumonia atipikal dapat ringan atau berat. Infeksi saluran napas bawah yang lebih serius terjadi pada bayi, orang usia lanjut, penderita malnutrisi, pecandu alkohol, dan pasien dengan gangguan kekebalan.
Perjalanan penyakit pneumonia atipikal primer sangat bervariasi, dapat berupa infeksi saluran napas atas yang parah atau chest cold yang tidak terdiagnosis, atau dapat pula sebagai infeksi fulminan mengancam nyawa pada pasien dengan penurunan kekebalan. Onset biasanya bersifat akut dan non spesifik yang ditandai dengan demam, nyeri kepala, dan malaise. Kemudian, terjadi batuk dengan sedikit sputum.
Foto toraks biasanya memperlihatkan bercak-bercak berbatas kabur yang transien terutama di lobus bawah. Temuan fisik biasanya minimal dan tidak dapat dibedakan dengan bronkopneumonia, meskipun terutama pada infeksi oleh Mycoplasma, dapat terjadi konsolidasi lobus. Juga, dapat terjadi gawat napas yang jauh melebihi temuan fisik dan radiologis karena edema dan eksudasi berada dalam posisi strategis untuk menyebabkan sumbatan alveolokapiler.
Penyebab penyakit sulit diidentifikasi, bahkan pada sebagian besar kasus patogennya tetap tidak dapat dipastikan. Pemeriksaan yang dilakukan dapat berupa pemeriksaan untuk antigen mikoplasma dan pemeriksaan reaksi berantai polimerase (PCR) untuk DNA mikoplasma.
Untuk kepentingan praktis, pasien dengan pneumonia didapat di masyarakat, yang tampaknya bukan disebabkan oleh bakteri diterapi dengan antibiotik eritromisin yang efektif terhadap Mycoplasma dan Chlamydia pneumoniae. Jika tidak terdapat komplikasi, biasanya prognosis baik.
Pneumonia Nosokomial 1
Pneumonia nosokomial atau didapat di rumah sakit didefinisikan sebagai infeksi paru yang diperoleh sewaktu pasien dirawat di rumah sakit. Infeksi ini seringkali terjadi pada pasien dengan penyakit berat, imunosupresi, terapi antibiotik berkepanjangan, atau alat akses invasif seperti kateter intravaskular. Pasien dengan ventilasi mekanis merupakan kelompok yang sangat beresiko dan infeksi pada kondisi ini sering dikenal sebagai ventilator-acquired pneumonia. Bakteri batang gram negatif (Enterobacteriaceae dan Pseudomonas aeruginosa) dan S.aureus merupakan isolat tersering. Namun, S.aureus bukanlah patogen utama sebagaimana pneumonia didapat di masyarakat.
Pneumonia Aspirasi 1
Pneumonia aspirasi terjadi pada pasien dengan debilitas berat atau mereka yang menghirup isi lambung selagi tidak sadar (misal stroke) atau muntah berulang. Pada pasien ini, terjadi gangguan refleks tersendak dan menelan yang mempermudah aspirasi. Pneumonia yang terjadi sebagian bersifat kimiawi, karena efek asam lambung yang iritatif, dan sebagian bakteri. Bakteri aerob lebih dominan daripada bakteri anaerob. Bakteri jenis tersebut sering menyebabkan nekrosis, memperlihatkan perjalan penyakit yang fulminan, dan sering menjadi penyebab kematian pada pasien yang rentan aspirasi. Pada mereka yang bertahan hidup, sering terjadi penyulit abses paru.
Pneumonia Kronis
Salah satu pneumonia kronis yang cukup banyak terjadi adalah TBC, yang merupakan penyakit granulomatosa kronis menular akibat M.tuberculosis. Penyakit ini dapat menyerang paru, maupun organ lainnya. Biasanya, bagian tengah granuloma tuberkular mengalami nekrosis perkijuan.
Mikroorganisme lain yang dapat menyebabkan pneumonia kronis adalah Nocardia, Actinomyces, Granulomatosa: M.tuberculosis, Histoplasma capsulatum, Coccidiodies immitis, Blastomyces dermatitidis.
Pneumonia Nekrotikan dan Abses Paru
Abses paru merupakan daerah lokal nekrosis supuratif dalam parenkim paru, yang menyebabkan terbentuknya kavitas besar. Pneumonia nekrotikan merupakan istilah yang digunakan jika kavitasnya kecil. Organisme penyebab dapat masuk melalui aspirasi bahan yang terinfeksi, aspirasi isi lambung,obstruksi bronkus, embolus septik serta penyebaran hematogen bakteri pada infeksi piogenik diseminata. Terutama, pada bakterimia stafilokokus dan sering menyebabkan terbentuknya abses paru multipel.
Bakteri anaerob terdapat di hampir semua abses paru, kadang-kadang dalam jumlah yang banyak, dan merupakan isolat eksklusif pada sepertiga hingga duapertiga kasus. Anaerob yang paling sering merupakan flora komensal yang secara normal ada pada mulut, terutama spesies Prevotella, Fusobacterium, Bacteroides, Peptosterptococcus dan streptococcus mikroaerofilik. Sering terdapat infeksi campuran aerob-anaerob. Untuk organisme aerob, yang sering muncul adalah S.aureus, Sterptococcus β-hemolitikus, Nocardia dan organisme gram negatif.
Manifestasi abses paru banyak mirip dengan bronkiektasis dan nencakup batuk mencolok yang biasanya disertai pengeluaran sputum dalam jumlah besar dan berbau, purulen, atau bebercak darah; kadang terjadi hemoptisis. Pasien sering mengalami demam tinggi dan malaise. Jari gada, penurunan berat, dan anemia juga dapat terjadi. Abses infeksi terjadi pada 10-15% pasien dengan karsinoma bronkogenik sehingga pada pasien berusia lanjut yang dicurigai adanya abses paru, perlu dipertimbangkan adanya karsinoma penyebab. Terapi mencakup pemberian antibiotik dan jika diperlukan dilakukan drainase bedah. 1
Pneumonia pada Pejamu dengan Gangguan Kesehatan
Pneumonia ini terjadi pada pejamu yang memang sebelumnya sudah mengalami masalah kesehatan. Organisme yang utamanya menyebakan gangguan ini adalah sitomegalovirus, Pneumocytis carinii, Mycobacterium avium-intracellulare, aspergilosis invasif, serta kandidiasis invasif.
Pada pneumonia ini, salah yang terkenal ialah Sitomegalovirus. Sitomegalovirus merupakan famili virus herpes, dapat menimbulkan beragam penyakit, yang tergantung pada imunitas dan usia pejamu. Sel yang terkena virus ini akan mengalami gigantisme baik inti maupun keseluruhan selnya. Di dalam nukleus terdapat badan inklusi besar dikelilingi halo jernih sehingga disebut juga cytomegalic inclusion disease. Infeksi CMV pada kasus ini biasanya terjadi pada pasien dengan gangguan kekebalan seperti pada AIDS dan penerima transplantasi sumsum tulang alogeneik.
Disusun oleh Johny Bayu Fitantra
Daftar Pustaka
1 Kumar V, Cotran RS, Robbins SL. Robbins Buku Ajar Patologi: Paru dan Saluran Napas Atas. 7th ed, vol2. Jakarta: EGC; 2007. 537-43.
2 Schiffman GC. Bacterial Pneumonia. Diunduh dari http://www.emedicinehealth.com/bacterial_pneumonia /article_em.htm. Diakses 7 Juli 2011
3 Misnadiarly. Penyakit Infeksi Saluran Napas: Pneumonia. 1st ed. Jakarta: Pustaka Obor Populer; 2008. P.6-20.
4 Boehlke J. Why are pneumonia Complication. Diunduh dari http://www.livestrong.com/article/24987-pneumonia-complications. DIakses 7 Juli 2010.