Suplementasi dan Pencegahan Penyakit pada Ibu Hamil
Disusun oleh dr. Johny Bayu Fitantra
Untuk mendukung tercapainya ibu hamil dan janin yang sehat, selain melakukan pemeriksaan rutin serta deteksi faktor risiko, terdapat beberapa suplementasi yang penting diberikan pada ibu hamil.
Suplementasi Besi pada Ibu Hamil
Seorang wanita hamil memiliki risiko yang besar untuk mengalami anemia terutama karena meningkatnya kadar plasma dalam darah. Selain itu, ada faktor predisposisi seperti diet rendah zat besi, vitamin B12 dan asam folat yang meningkatkan kejadian anemia pada wanita hamil. Kriteria pada wanita hamil sedikit berbeda dengan mereka yang tidak hamil. Seorang wanita hamil didiagnosis mengalami anemia jika kadar Hb <11 g/dL pada trimester I dan III atau <10.5 g/dl pada trimester II.
Suplementasi besi yang diperlukan oleh wanita hamil adalah 60 mg zat besi elemental. Kadar tersebut rutin diberikan dalam sediaan sulfat ferosus 320 mg. Untuk pencegahan anemia, kita bisa memberikannya sekali sehari. Sediaan yang ada di puskesmas biasanya berisi 60 mg besi elemental dan 250 ug asam folat. Jika sudah terjadi anemia, tablet tersebut dapat diberikan 3 kali sehari. Dalam 90 hari, semestinya sudah terjadi perbaikan kadar hemoglobin dalam darah. Pemberian tablet dapat dilanjutkan hingga 42 hari pascapersalinan. Namun, jika tidak terjadi perbaikan, perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk mengetahui penyebab anemianya.
Namun, perlu diperhatikan bahwa zat besi dapat menyebabkan efek samping, meskipun tidak selalu terjadi, seperti mual, muntah, diare dan konstipasi. Oleh karena itu, pada wanita yang masih hamil muda trimester I, pemberian zat besi juga perlu mempertimbangkan apakah ibu hamil tersebut masih sering mengalami mual muntah atau tidak, yang mana merupakan suatu proses fisiologis akibat meningkatnya beberapa hormon dalam kehamilan. Penyerapan zat besi dapat terganggu oleh konsumsi teh atau kopi sehingga sebaiknya tidak diminum bersama tablet besi. Sementara itu, vitamin C dapat membantu peningkatan penyerapan besi sehingga dapat ditambahkan untuk diminum bersama tablet besi.
Suplementasi Asam Folat pada Ibu Hamil
Asam folat penting bagi perkembangan janin, terutama terkait sistem saraf. Oleh karena itu, asupan asam folat yang cukup amat penting untuk ibu hamil lakukan bahkan sejak sebelum kehamilan mengingat perkembangan sistem saraf terjadi di awal-awal kehamilan. Jika memungkinkan, asam folat paling baik diberikan sejak 2 bulan sebelum kehamilan, saat masih dalam tahap merencanakan kehamilan. Jika belum diberikan, sesegera mungkin kita dapat memberikan 400 ug asam folat sekali sehari begitu seorang wanita diketahui sedang mengandung. Selain untuk perkembangan saraf, sebagaimana disebutkan di atas, asam folat juga berperan penting dalam produksi sel darah merah.
Pada kondisi defisiensi asalm folat, yang dapat bermanifestasi pada anemia makrositik hiperkrom (yang mana dapat juga terdapat keterlibatan defisiensi vitamin B12), kita dapat memberikan asam folat 1×2 mg dan vitamin B12 1×250-1000 ug.
Suplementasi Kalsium dan Aspirin pada Ibu Hamil untuk Pencegahan Preeklampsia
Pemberian suplementasi kalsium dianjurkan untuk mencegah terjadinya preeklampsia bagi semua ibu hamil, terutama yang memiliki risiko tinggi seperti riwayat preeklampsia di kehamilan sebelumnya, diabetes, hipertensi kronis, penyakit ginjal, penyakit autoimun dan kehamilan ganda. Dosis suplementasi kalsium bagi ibu hamil adalah 1.5-2 g/ hari.
Untuk mencegah preeklampsia pada ibu hamil yang berisiko tinggi, dianjurkan pula diberikan aspirin 75 mg setiap hari sejak usia kehamilan 20 minggu.
Vaksinasi Tetanus Toksoid pada Ibu Hamil
Sebelum memberikan imunisasi pada wanita usia subur dan ibu hamil, perlu diketahui terlebih dahulu status imunisasi tetanus toksoid (TT) selama hidupnya. Tidak ada interval maksimal antar dosis TT, tetapi ada interval minimal antar dosis TT.
Jika tidak diketahui status imunisasi atau bahkan belum pernah diimunisasi TT sama sekali, vaksin TT dapat diberikan dengan dosis 0.5 ml di lengan atas sedini mungkin (kunjungan pertama). Selanjutnya, dosis kedua diberikan 4 minggu kemudian. Dosis ketiga diberikan 6 bulan setelah dosis kedua. Dosis keempat diberikan setahun setelah dosis ketiga. Terakhir, dosis kelima diberikan setahun setelah dosis keempat. Jika pasien sudah dipernah diimunisasi, dosis berikutnya dilanjutkan sesuai dengan dosis yang sudah diterima oleh wanita tersebut. Misalnya, wanita tersebut sudah pernah divaksin dua kali, maka kita akan melanjutkan dengan pemberian dosis ketiga yang mana adalah 6 bulan setelah dosis terakhir yang diterima. Jika sudah pernah lima kali, tentu dosis berikutnya tidak perlu kita tambahkan lagi.
Vaksin TT merupakan vaksin yang aman. Hanya saja, tidak bisa diberikan pada mereka yang memang memiliki riwayat reaksi berat (yang mana jarang sekali terjadi) terhadap imunisasi TT sebelumnya. Reaksi tersebut dapat berupa kejang, koma, demam >40⁰C, atau nyeri/bengkak yang luas di lokasi bekas suntikan. Jika ibu hamil sedang sakit berat atau demam tinggi, imunisasi dapat diberikan segera setelah sembuh. Selalu sediaan pula obat dan alat untuk penanganan kejadian ikutan pasca imunisasi yaitu berupa ADS 1 ml, epinefrin 1: 1000 dan infus set beserta cairan infus NaCl 0.9%.
Referensi:
WHO. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan dasar dan Rujukan. Jakarta: WHO Country Office for Indonesia; 2013. P. 28-30, 160-1