Demam (Berdarah) Dengue

Artikel ini sudah dibaca 8124 kali!

Oleh Johny Bayu Fitantra, S.Ked

Indonesia merupakan sebuah negara tropis yang mana memiliki potensi berkembangnya bermacam penyakit infeksi tropis seperti demam berdarah dengue (DBD). Penyakit tersebut disebabkan oleh infeksi virus dengue yang penyebarannya diperantarai nyamuk Aedes aegypti. DBD merupakan salah satu penyakit yang ditakuti oleh masyarakat. Dampak dari infeksi virus dengue ini amat bervariasi tergantung pada kerja sistem imun penderitanya. Sebagian mereka yang terkena infeksinya hanya menderita sakit ringan tanpa perlu perawatan khusus sementara ada pula yang mengalami manifestasi perdarahan, syok hingga meninggal dunia.

Sebelum mengenal lebih jauh mengenai demam berdarah dengue, kita perlu mengenal terlebih dahulu perbedaan antara demam dengue dan demam berdarah dengue. Meskipun disebabkan oleh virus yang serupa dengan perantara nyamuk yang sama, kedua penyakit tersebut memiliki tingkat berat penyakit yang berbeda. Perbedaan utama antara antara demam dengue dan demam berdarah dengue adalah adanya kebocoran plasma pada demam berdarah dengue (DBD) sementara pada demam dengue (DD) tidak ada. Jadi, meskipun dari segi nama digunakan istilah ‘berdarah’, bukan berarti setiap infeksi dengue dengan manifestasi perdarahan adalah DBD karena pada DD pun dapat terjadi perdarahan.

Bagaimana seseorang dicurigai mengalami demam berdarah?
Demam adalah gejala utama yang dialami seseorang yang mengalami infeksi sistemik atau melibatkan seluruh tubuh (terutama jika patogen penyebab infeksi sudah berada dalam aliran darah). Begitu juga dengan infeksi virus dengue. Penderitanya akan mengalami demam yang biasanya bersifat mendadak tinggi serta terjadi sepanjang hari. Pemberian obat penurun demam seringkali tidak cukup efektif untuk meredakan demam. Jika pun sempat turun, suhu cenderung akan naik kembali. Pada saat itu, virus dengue sedang menyebar dalam aliran darah serta sistem imun sedang berperang melawan infeksi tersebut. Pada hari ke 1-3 (terutama hari ke 1-2), kita dapat menemukan antigen virus dengue dalam aliran darah sehingga metode pemeriksaan NS1 dapat digunakan untuk mendeteksi infeksi tersebut. Meskipun dapat memberikan secara dini informasi mengenai kuman penyebab demam yang pasien alami, pemeriksaan ini cukup mahal sehingga penggunaannya seringkali dibatasi. Pada masa tersebut, antibodi IgM dan IgG (pada infeksi pertama) belum terbentuk sehingga pemeriksaan antiobodi IgM an IgG dengue tidak lazim dilakukan. Setelah hari keempat, pemeriksaan antibodi sudah dapat menunjukan hasil positif untuk membantu menegakan diagnosis demam dengue atau demam berdarah dengue. (Catatan: apabila sudah pernah ada infeksi dengue sebelumnya, tubuh bisa saja sudah memiliki IgG sejak hari pertama).

Gejala penyerta yang dapat menjadi pertanda kecurigaan infeksi dengue antara lain adalah nyeri di belakang bola mata (retroorbita), serta nyeri atau pegal-pegal pada otot dan sendi. Kondisi tersebut berkaitan dengan adanya infeksi sistemik dalam tubuh yang disebabkan virus dengue. Juga, dapat terjadi keluhan mual-mual yang mungkin disertai dengan muntah. Selain itu, perlu ditelaah juga adanya kemungkinan infeksi pada anggota keluarga atau tetangga di lingkungan sekitar yang dapat menjadi sumber penularan.

Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa mereka yang mengalami demam disertai dengan bintik-bintik kemerahan di tubuhnya dapat dicurigai mengalami DBD atau DD. Namun, apakah gejala tersebut harus ada? Ternyata tidak.

Bintik-bintik kemerahan pada kulit penderita DBD atau DD kita sebut sebagai petekie. Petekie tersebut terjadi karena adanya perdarahan yang disebabkan oleh menurunnya kadar trombosit dalam darah. Trombosit merupakan senyawa yang berfungsi untuk menghentikan perdarahan dengan membentuk semacam penyumbat pada lesi. Tubuh kita senantiasa mengalami lesi-lesi kecil yang seringkali tidak terlihat, tetapi segera ditutup oleh trombosit dan sistem hemostasis lainnya sehingga kita tidak menyadarinya. Pada penderita infeksi dengue yang mengalami penurunan jumlah trombosit secara signifikan, fungsi hemostasis tersebut terganggu sehingga muncul manifestasi perdarahan berupa petekie.

Manifestasi perdarahan tidak hanya terbatas pada petekie saja melainkan dapat berupa ekimosis (perdarahan yang lebih luas dari petekie, seperti memar), epistaksis (mimisan), perdarahan gusi, perdarahan lambung (yang dapat menyebabkan muntah darah dan buang air besar warna hitam) hingga perdarahan otak. Pada prinsipnya, perdarahan dapat terjadi di mana saja di seluruh tubuh.Penurunan trombosit dapat diamati dengan pemeriksaan darah lengkap terutama kadar trombosit darah.

Pada hari keempat dan kelima, demam biasanya sudah mulai turun karena sistem imun tubuh sudah mulai menyelesaikan perlawanannya terhadap vir us dengue. Namun, justru pada masa ini dapat terjadi kondisi kritis yang dapat mengancam nyawa.

aedes aegepty

Bagaimana hal tersebut terjadi?

Saat terjadi peperangan antara sistem imun dengan virus dengue, terdapat senyawa-senyawa (sitokin) dalam darah yang dihasilkan oleh sisten imun kita sendiri. Sitokin-sitokin tersebut bertahan selama beberapa hari di dalam tubuh. Hal tersebut dapat menyebabkan terjadinya kondisi peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah sehingga cairan plasma bocor ke ruang interstisial. Akibatnya, volume darah akan berkurang sehingga tekanan darah pun turun. Karena bagian darah yang berkurang adalah plasma atau cairan sementara kadar sel darah merah tetap, pada pemeriksaan darah perifer didapatkan peningkatan kadar Hb serta hematokrit. Beberapa orang sering mengatakan dengan istilah darahnya mengental.

Turunnya tekanan darah tersebut dapat menyebabkan kegagalan perfusi ke jaringan. Oksigen tidak mampu disampaikan ke jaringan dengan baik padahal jaringan tubuh senantiasa membutuhkan oksigen untuk metabolisme sel, terutama sel otak. Kegagalan perfusi tersebut kita sebut sebagai syok. Untuk mengkompensasi tersebut, tubuh akan beradaptasi terutama dengan meningkatkan denyut nadi. Dada terasa berdebar-debar, denyut nadi teraba >100 kali per menit. Namun, bila tidak terjadi perbaikan, kompensasi tersebut lambat laun tidak akan lagi dapat mencukupi kebutuhan jaringan akan oksigen. Kesadaran pasien dapat menurun hingga dapat meninggal dunia.

Kebocaran plasma yang terjadi dapat memberikan gejala dan tanda seperti sesak napas (karena kebocoran plasma di paru-paru) serta penurunan volume urin (kencing menjadi lebih sedikit atau jarang). Gejala dan tanda tersebut perlu diwaspadai.

Lalu, apa yang dapat kita lakukan?
Penatalaksaan yang diberikan untuk pasien dengan demam dengue atau demam berdarah dengue tentu saja sesuai dengan patofisiologi yang mendasarinya. Pada awal perkembangan penyakit, ketidaknyamanan yang terjadi pada saat demam perlu ditangani dengan pemberian obat penurun demam, yang mana dapat dipilih seperti acetaminophen atau ibuprofen. Pada anak-anak, aspirin jarang digunakan karena dapat menyebabkan terjadinya Reye Syndome. Obat penurun panas tersebut juga sekaligus dapat berfungsi sebagai pereda nyeri yang terjadi sebagaimana disebutkan di atas. Sementara itu, mual-mual yang terjadi dapat ditangani dengan obat seperti antagonis reseptor H-2. Pemberian pelindung mukosa lambung seperti sucralfat dapat dipertimbangkan.

Tatalaksana utama yang amat krusial pada DBD atau DD adalah cairan. Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa kondisi yang paling dapat menyebabkan kematian adalah syok akibat kebocoran plasma. Oleh karena itu, kita harus menggantikan cairan tubuh sesegera mungkin. Jika kondisi klinis masih baik, disarankan pasien mengkonsumsi air secara cukup. Selain karena kebocoran plasma, kondisi demam juga meningkatkan pengeluaran cairan tubuh melalui evaporasi, sehingga kebutuhan cairan ekstra memang diperlukan. Apakah harus air putih? Pada prinsipnya air putih tersebut adalah apa yang dibutuhkan oleh tubuh saat itu. Namun, perlu dipertimbangkan bahwa tidak mudah bagi pasien untuk mau minum air putih banyak sehingga air dalam bentuk apa pun, asalkan dapat masuk tentu akan lebih baik (apalagi anak-anak). Pemberian cairan yang cukup dapat dalam bentuk kuah sayur, jus, maupun minuman manis.

Kondisi syok adalah kondisi yang harus dicegah! Jangan pernah berpikiran bahwa kalau sampai terjadi syok, kita hanya tinggal mengganti cairan yang hilang dari pembuluh darah. Respon dari penggantian cairan yang kita lakukan belum tentu baik meskipun sudah sesuai dengan algoritma tatalaksana standar. Belum lagi, adanya kemungkinan hambatan pada saat membuat akses intravena maupun memasukan cairan pengganti tersebut. Penanganan syok amat terpacu dengan waktu. Keterlambatan akibat hambatan transportasi dari rumah ke rumah sakit memiliki peranan yang krusial pada beberapa kasus syok akibat dengue. Amat disayangkan bahwa banyak masyarakat yang kurang waspada pada infeksi dengue tersebut sehingga baru membawa ke rumah sakit atau dokter begitu kondisi pasien (terutama anak-anak) sudah berat.

Pada kondisi syok atau pre syok yang mana kita nilai perlu mendapatkan penggantian cairan segera, dilakukan pemasangan akses intravena untuk memasukan cairan. Akses dapat dipasang dua sekaligus terutama jika sudah terjadi syok. Ringer laktat menjadi cairan kristaloid pilihan untuk terapi syok, dengan sekaligus disiapkan cairan koloid untuk mengantisipasi apabila pemberian kristaloid belum cukup memadai.

Mencegah lebih baik daripada mengobati. Oleh karena itu, cegah sedini mungkin supaya nyamuk Aedes aegypti tidak menularkan virus dengue pada Anda atau pun keluarga Anda. Beberapa hal yang perlu dilakukan antara lain adalah mencegah terjadinya genangan air tenang yang dapat menjadi tempat bertelur nyamuk dan berkembangnya larva nyamuk. Strateginya dapat berupa mengubur tumpukan sampah kaleng atau barang bekas, menguras bak mandi atau penampung air lainnya secara teratur, membuang tumpukan cairan di bawah lemari es atau dispenser, mengisi kolam atau vas berisi air dengan ikan dan semacamnya. Tempat-tempat yang berpotensi menjadi genangan air sebaiknya ditutup. Juga, kita dapat mencegah gigitan nyamuk dengan memasang kelambu atau menggunakan anti nyamuk (lotion, obat nyamuk asap atau listrik) saat tidur. Jika ada temuan kasus, masyarakat dapat meminta rekomendasi untuk dilakukannya pemberantasan sarang nyamuk dengan fogging tempat-tempat yang berpotensi menjadi sarang nyamuk.

Medicinesia

Sebuah website yang didedikasikan untuk mahasiswa kedokteran maupun ilmu kesehatannya lainnya di Indonesia.